Ishadu

 Ishadu bi anna muslimun

Sejarah kelam kekejaman komunis Indonesia 30 September 55 tahun silam adalah bukti betapa sadis dan bengisnya manusia yang tak mau mengenal khaliq (Sang Pencipta), mereka tak akan pernah kenal yang namanya halal atau haram, semuanya berjalan atas dasar nafsu angkara belaka.

Konstelasi politik dengan berbagai versinya waktu itu, saat ini memang berkembang liar. Namun satu yang tak terbantahkan : kejam, sadis, brutal, biadab. Itulah karakter para makhluq anti Tuhan (komunis) ini. Merekalah orang-orang yang sangat phobia ketika mendengar kata Tuhan disebut. Sementara sila pertama dasar Negara Nusantara kita adalah berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Berbagai cara tentu saja mereka lakukan agar kata-kata "Tuhan" itu enyah dari  muka bumi. Mereka beranggapan bahwa merekalah penguasa bumi ini. Tak ada kehidupan nanti (setelah kematian).

Musuh utama mereka adalah orang bertuhan terlebih yang menyatakan beriman. Maka tidak heran jika umat Islam nenjadi target besar mereka untuk dibasmi. Ilustrasi tentang mereka terhadap kaum muslimin secara gamblang telah ditulis oleh Allah dalam firman-firman NYA. Merka tidak lebih hanyalah segerombolan makhluq yang dicipta sebagai batu uji bagi ummat wasathiyah ini.

Nyali mereka memang sangat kuat, kokoh dan kekeh, coba simak Fir'aun yang menyatakan dirinya adalah tuhan, begitu juga Namrudz dan lain-lainnya. Sekarang yang kita saksikan di negeri ini memang tidak sedahsyat Fir'aun atau Nmrudz. tapi setidaknya cukup mantab juga, "aku bangga jadi anak PKI". Jika mereka bisa membusungkan dada dengan jargon itu, maka disini kami juga akan tegak menyatakan "Ishadu bi anna muslimun" bukan hanya itu akan kami sambung dengan kalimat "Isy kariman au-mut syahidan". Meerka (orang-orang komunis itu) tak perlu tahu apa arti dua pernyataan itu. Yang jelas itu ada dalam dada kami. Jika para komunis itu ingin tahu maka mereka harus bisa membelah dada kami, jika bisa. Hanya saja mereka perlu tahu bahwa backing kami telah membuat perisai yang tak mungkin mereka tembus, jangankan hanya dengan sekedar senjata buatan manusia, seandainya mereka bisa mendatangkan senjata buatan setan pun tak akan mungkin bisa menembus.

Hari ini, mengibarkan bendera duka nasional (1/2 tiang) adalah jati diri, yang alergi melihat kibaran bendera duka nasional ini bisa dipastikan mereka adalah pelaku dan atau keturunan gerombolan makar 55 tahun silam. Hari-hari ini mereka sedang meraptkan barisan untuk menyusun makar-makar selanjutnya. Maka jangan lengah !, "shaffan ka'an-nahum bunyanun marsus".

"Wamakaruu, wamakara Allahu khairul maakiriin"

Malang, 30 September 2020

<Bambang Ef HW>

-----------------------------------

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas 2 (B. Jawa/angka takeran)

Kelas 3 (B. Jawa)

Kelas 6 (b. Jawa/macapat ll)