Malays (2017)

 

Cik Abdurrahman

Oleh : Bamang Hari W

 

Orangnya humoris dan familier, wawasan ke Malaysiaan-nya cukup lumayan, gaya kocak dan joke yang dilontarkan cukup jenaka. Itulah Cik Abdurahman, pemandu wisata yang telah mendampingi rombongan MPK PWM jawa timur. Beliau berduet dengan seorang pilot Bas Persiaran Malaysia yang begitu smart dalam mengendalikan bas, sehingga kita para penumpang nyaris tak pernah merasakan hentakan dalam bas, luar biasa dan sempurna awak cokpit bas yang dipanggil pak “Din” ini. Satu kombinasi serasi antara guide dan pilot yang menyuguhkan layanan exelent bagi costumer.

Dari awal kedatangan rombongan di Balai Ketibaan bandara KLIA Kualalumpur pertama kali wajah cik Abdurahman kami kenali dan sudah menyungging senyum ramah disela ucapan “Assalamu’alaikum” yang ditujukan kepada semua peserta rombongan sembari mengulurkan tangan untuk berjabat, walau bagi Pak Doktor Latipun selaku Ketua Rombongn MPK sosok cik Abdurrahman ini sudah tidak asing lagi.

Lepas Bandara rombongan diajak makan di sebuah tempat yang cukup bersih dengan menu lauk yang beragam memenuhi round table. Lanjut ke destinasi pertama dari kunjungan ini adalah kawasan Putra Jaya, sebuah kawasan elit nan prestisius yang terhampar di + 15.000 hektar luasan lahan. Dari kawasan Putra Jaya inilah Pemerintah Malaysia mengendalikan roda pemerintahan dari semua lini kehidupan masyarakat seantero Malaysia. Kantor Perdana Mentri beserta mentri-mentrinya berada disini. Kesempatan yang tentu sayang untuk dilewatkan, rombonganpun mencicipi shalat berjamaah disebuah masjid super megah yang berada di sebelah barat bundaran dan hamparan luas nan indah, posisi berada disebelah kanan kantor PM. Alhamdulillah, dhuhur dan asar kita jamak di masjid megah ini. Dari cik Rahman diketahui bahwa Putra Jaya ini adalah hasil karya tangan dingin mantan PM Mahathir Mohammad. Program ambisius yang benar-benar telah terwujud saat ini, walau sejatinya kawasan ini ada dipinggiran Malaysia dengan jarak yang terpisah dengan pusat kota di Kualalumpur. Usai berjamaah dan menikmati suasana di bundaran Putra Jaya rombongan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk berselfi ria, selanjutnya karena senja hari telah tiba dan sang mentari sudah hampir menuju peraduannya, maka rombongan segera mengucapkan sayonara dengan kawasan Putra Jaya nan indah untuk selanjutnya menuju tempat peristirahatan (transit) dihari pertama kunjungan ini.

Setelah menempuh perjalanan yang agak jauh, disela kemacetan kota Kualalumpur yang bertepatan dengan jam pulang kerja akhirnya sampai pulalah rombongan di sebuah transit perdana pelepas lelah, “My Hotel” namanya berada dikawasan tengah kota Kualalumpur.

Sepanjang perjalanan di dalam bas tiada lelah cik Rahman bercerita, memberikan informasi detail besrta kisah-kisahnya dari tempat-tempat yang dilalui dengan gaya yang komunikatif disertai joke-joke dan juga kisah-kisah jenaka yang ringan-ringan. Sudah barang tentu dengan bumbu celotehan para peserta rombongan dalam bas.

Malam hari pertama agenda kunjungan adalah sillaturrahim dengan PCIM Malaysia. Masih disela sisa kemacetan, namun sampai juga di kantor PCIM Malaysia. Saat rombongan tiba rupanya ada pertemuan pimpinan dan anggota PCIM sembari persiapan menanti kedatangan kami. Begitu melihat kedatangan kami, pertemuan langsung ditutup untuk selanjutnya dilakukan acara penyambutan rombongan “Rihlah Dakwah” dari Indonesia ini. Bapak DR Sony sebagai ketua PCIM memimpin langsung penyambutan sedmentara rombongan tamu dipimpin oleh Pak Nadjib Hamid (Wakil Ketua PWM Jatim) dan bapak DR Latipun (Ketua MPK PWM). Setelah beramah tamah sejenak lalu dilanjutkan dengan sambutan secara resmi, diawali dengan perkenalan kedua delegasi kemudian dialog dan diakhiri dengan tukar cendera hati (untuk istilah Malaysia) atau cindera mata (bagi orang Indonesia).

Rabu, 18 januari 2017 setelah chek aut dari Myhotel, cik Rahman dan pak Din mengajak rombongan ke kawasan Petronas yang tidak jauh dari hotel dengan memutar dari jalan belakang lalu memutar di depan Menara kembar Petronas yang menjadi ikon Malaysia. Sekitar 30 menit didepan Petronas untuk memberi kesempatan bagi yang berfoto ataupun berselfi ria. Dari Petronas romrobongan bergerak menuju kantor PAS (Party Islam Se Malaysia) yaitu partai terbesar ke 2 setelah UMNO partainya Pemerintah. Tiga orang pejabat PAS menerima rombongan, saling berkenalan dan selanjutnya pihak PAS memberikan paparan tentang konstelasi politik di Malaysia diteruskan dialog dan tukar informasi sebagai sesama organisasi yang bertujuan untuk memperjuangkan Islam walau berbeda cara.

Usai dari PAS dan sebelum tujuan berikutnya cik Rahman membawa kami mampir ke plaza coklat untuk belanja oleh-oleh. Berbagai varian coklat tersedia lengkap disini. Seorang pramu bertugas menjelaskan proses pembuatan mulai dari benda yang masih berupa buah coklat hingga jadi coklat siap saji. Dalam kurun waktu 30 menit ratusan ringgit menjelma jadi aneka coklat. Setelah coklat lanjut Pasar Seni Pataling dan belanja lagi. Jatah makan siang kali ini adalah dengan wisata kuliner sesuai selera dan pilihan masing-masing peserta rombongan. Habis kuliner belanja sovenir atau hanya melihat-lihat saja bagi yang tidak banyak mempunyai ringgit seperti saya.

Segmen selanjutnya dari kunjungan “Rihlah” adalah sillaturrahim dengan Angkatan Belia Islam Malaysia yang disingkat ABIM. Terletak agak jauh dipinggiran kota Kualalumpur. ABIM mengendalikan NGO (Non Governent Organisation atau sama dengan Ormas kalau istilah di Indonesia). Di Kantor yang bersih, indah dan asri, rombongan diterima oleh para petinggi ABIM, Pak Nadjib dan Pak Latipun juga memperkenalkan rombongan kami. Uraian detail lengkap dengan slide dan videonya. ABIM telah melakukan banyak hal yang terprogram dan berbagai bidang garap untuk berkontribusi dalam perjuangan Islam di Malaysia khususnya. Akhir acara ditutup dengan shalat berjama’ah dilantai atas kontor ABIM yang sebagiannya difungsikan sebagai mushala.

Dari Kantor ABIM tujuan selanjutnya adalah Kota Johor, yaitu sebuah kota di bagian paling selatan Malaysia yang berbatasan dengan Singapura. Jarak yang harus ditempuh cukup jauh, sekitar 900 km kalau dari Kualalumpur atau kira-kira Malang – Jakarta hanya waktu tempuh yang berbeda, jika Malang Jakarta biasa ditempuh 15 – 17 jam tapi kalau di Malaysia cukup hanya membutuhkan waktu sekitar  5 - 7 jam, ini karena fasilitas infrastruktur yang sangat menunjang di Malaysia, memang sangat mencolok perbedaannya jika dibandingkan dengan di Indonesia. Mengapa begitu ? ada segmen lain untuk memberikan opini. Dari ABIM waktu yang diperlukan menuju Johor sekitar 4,5 – 5 jam. Jadi menurut estimasi kecepatan rata-rata bas dengan sang pilot luar biasa ini adalah antara 130 – 150 km/jam, wow. Namun kami yang berada dalam bas sama sekali tak merasakan tingginya speed bas tersebut, santai, nyaman dan bisa menikmati tidur enak bagi yang ngantuk.

Sedikit tentang pak Din sang pilot, perawakannya kecil, orangnya sederhana, gaya busananyapun biasa saja. Jadi tidak ada yang istimewa dari sosok pilot kita ini, namun dari yang biasa saja itu terdapat sesuatu yang luar biasa, yaitu style dalam mengoperasikan bas besar dan lux ini. Kehalusannya dalam memainkan gigi persneling bas yang nyaris tidak terasa oleh penumpang, dan kecepatan tinggi yang sama sekali tidak terasa jikalao bas melaju super cepat. Sementara sepanjang perjalanan dalam bas kami dipandu cik Rahman, top .....! sebuah perpaduan yang smart. Perjalanan 4,5 jam tak terasa sehingga tiada terasa bas telah keluar dari jalur tol, masuk jalur reguler kota Johor. Johor dimalam hari dihiasi dengan kerlap kerlip lampu nan indah dan asri, dibawalah rombongan oleh cik Rahman ke suatu RM yang bersih dan sudah siap menyambut delegasi kelaparan ini. Seperti biasa aneka menu dan yang tak pernah ketinggalan adalah gurami bakar bumbu saos yang menjadi menu favorit sebagian besar rombongan ini. Usai makan, bas meluncur menuju maktab yang sudah disediakan oleh cik Rahman. Tropical Inn, hotel megah dikawasan tengah kota Johor yang salah satu sisinya menghadap kearah negeri jiran Singapura. Kebetulan kamar untuk rombongan ini ada di sisi tersebut. Setelah pembagian kunci kamar oleh bapak ketua rombongan pak Latipun, kamipun menuju kamar masing-masing. Ternyata kamar berada diujung atas ruang hotel, tingkat ke 24 dan lift sudah siap mengantar kami ke ujung ruang. Saya berpasangan dengan pak Darmaji dari MPK Kabupaten Kediri. Malam itu tidak saya lewatkan untuk menikmati keindahan Johor sembari menghadap kearah pandang negara Singapura sebagai tujuan kami esok hari. Rasa penat dan lelah sementara tersingkir ketika menikmati pemandangan yang menakjubkan dimalam hari. Namun demi persiapan besok, sekitar pukul 00.00 saya dan partner satu kamar memanfaatkan waktu untuk istirahat alias tidur.

Pagi, usai shalat subuh pukul 06.10 waktu setempat kamipun bersiap-siap untuk melanjutkan lawatan berikutnya, yakni PCIM Singapura. Pukul 07.00 sarapan siap, dan kami berbaur dengan tamu hotel lain menikmati hidangan sarapan menu hotel.

Usai sarapan pak Din sudah ready dalam cokpit bas menunggu kami, ini satu lagi tambahan luar biasa bagi pak Din, kesabarannya menunggu kami yang berjumlah 24 orang dengan berbagai style masing-masing personil. Setelah semuanya okey dan ready, bergeraklah bas dengan tujuan Singapura. Seperti biasa diawal masuk bas kami disapa oleh bintang kita cik Rahman yang mengawali dengan joke-joke ringannya. Waktu tempuh dari Johor tempat kami bermalam menuju Singapura kurang lebih hanya 20 menit dengan ditambah cek imigrasi Malaysia, maka terakumulasi kurang dari satu jam. Lepas cek imigrasi Malaysia sepuluh menit kemudian masuk cek imigrasi Singapura. Di tempat inilah kami tertahan agak lama  sekitar 2-3 jam karena ketatnya scrining sehingga beberapa teman rombongan “Rihlah” ini harus menjalani pemeriksaan intensif petugas imigrasi Singapura, termasu saya danpak ketua rombongan yang tidak lolos. Setelah semua beres, dilokasi transit bas ada pemandu lain yang memang harus dihendle dari pihak Singapura, ini protap internal yang harus dilakulkan oleh para agen wisata yang menjadi kesepakatan mereka, kali ini tugas cik Rahman untuk sementara diskors diganti oleh wan Azizah pemandu wisata (bukan istri Anwar Ibrahim) untuk memandu kami selama berada di Singapura.

Berpenampilan muslimah lengkap dengan jilbabnya wan Azizah menyapa rombongan dengan salam, dan selanjutnya beliau menjelaskan banyak hal tentang bagaimana Singapura dikelola oleh penyelenggara negara, sejarah, dan berbagai hal yang terkait dengan Singapura, suasana mendung mengiringi perjalanan kami. Sasaran pertama perjalanan ini adalah gedung kantor PCIM Singapura. Masuk komplek hunian yang asri namun serasa di negri sendiri saja karena disekitar ada nama-nama jalan seperti, Jln. Senyum, Jln. Lapang, dan semacamnya, lalu ada Jln. Senang, di jalan inilah posisi kantor PCIM Singapura, diruas jalan menuju kantor PCIM, yakni beberapa meter sebelumnya kita juga melewati sebuah kawasan dimana lembaga pendidikan Muhammadiyah berada. Turun dari bas, kami sudah ditunggu oleh beberapa petugas penyambutan. Dilantai 2 disebuah ruangan kami telah ditunggu oleh beberapa orang fungsionaris PCIM yang sudah siap dengan LCD Proyektornya sebagai bahan dan materi presentasi. Tak berapa lama datang pula seorang tokoh penting dan sesepuh dari PCIM ini, Syeich Hasan namanya. Setelah perkenalan, langsung kita mendapatkan informasi detail dari pihak PCIM. Seperti biasa sebagaimana pertemuan-pertemuan sebelumnya kami berdialog tentang berbagai hal berkaitan dengan perjuangan Muhammadiyah di kedua Negara. Dan ditutup dengan tukar cindera mata dan cindera hati, lanjut ramah tamah sebelum kami berpamitan. Acara pamit usai dilanjut dengan shalat jama’ah di lantai dasar yang juga berfungsi sebagai masjid. Jamak qasar dhuhur-asar, beres.

Bergerak dari kantor PCIM Singapura sasaran berikutnya adalah Merlion Park. Wan Azizah bercerita sedikit tentang sejarah patung singa yang berbadan ikan, ada sebagian yang memberikan sebutan dengan singa duyung. Ternyata dulunya ini hanyalah sebuah simbol sebagai ikon yang digambar dalam dua dimensi, namun pada perkembangan selanjutnya dibuatlah gambar yang dua dimensi itu menjadi bentuk tiga dimensi yang berupa patung sebagaimana yang kita lihat sekarang ini. Tapi patung yang kita lihat sekarang ini juga pernah mengalami pergeseran tempat dari tempat awalnya. Ini dimaksudkan agar lebibh strategis dan tidak terhalang ataupun menghalangi obyek dan panorama lain. Setelah puas berfoto dan berselfi kebetulan hujan gerimis tiba, rombongan segera kembali ke bas untuk menuju Pulau Sentosa. Perjalanan ke Pulau Sentosa inipun kami diberikan informasi banyak oleh wan Azizah. Dikatakan bahwa Pulau Sentosa ini luasnya hanya sekitar 5 km/segi, terletak dibagian selatan Negara Singapura yang sebenarnya dulunya adalah sebuah pantai yang kemudian di reklamasi untuk memperluas wilayah daratan, dan pasir untuk menguruknya ternyata dibeli dari Indonesia. Kemudian untuk menjadikan daya tarik pulau Sentosa ini dibangunlah tempat perjudian CASINO. Ditengah-tengah kawasan dibuat sebuah globe raksasa yang terus berputar dengan ornamen tulisan “UNIVERSAL”. Itulah Pulau Sentosa dengan Globe raksasanya.

Setelah dirasa cukau untuk menikmati destinasi Pulau Sentosa Beberapa, kamipun kemudian beranjak dari tempat ini. Dalam kesempatan ini wan Azizah sekalian berpamitan untuk berpisah dan kendali pandu wisata diserahkan kembali kepada super star kita cik Rahman yang oke punya. Sejatinya ada beberapa target sasaran yang bagus namun tidak sempat dikunjungi mengingat terbatsnya waktu, hari semakin sore dan jarak tempuh yang agak lumayan jauh dari Pantai Sentosa, yaitu CHINA TOWN, hal ini disebabkan karena sebelumnya waktu kami agak molor beberapa jam ketika tertahan di pintu masuk imigrasi dan gayengnya dialog bersama dengan PCIM Singapura. Tapi tidak mengapa kata cik Rahman, kita masih ada satu obyek yang tiadak kalah menariknya, yaitu dipusat belanja Kampung Bugis, akan tetapi sebelum belanja-belanja tentunya yang harus diperhatikan adalah isi perut. Dan dibawalah kami oleh cik Rahman dan pilot kesebuah rumah makan Padang yang berada di Singapura. Turun dari bas agak basah karena hujan turun dengan lebat sekali.

Dikampung bugis, kami direkomendasi oleh cik Rahman di sebuah toko pusat sovenir khas Singapura yang bisa dibayar pakai dolar atau rupiah. Kata cik Rahman ditoko ini harga relatif agak miring. Berhamburlah kami masuk ke toko ini untuk mencari buah tangan bagi yang di tanah air. Sesuai dengan durasi waktu yang telah disepakati dengan dan dirasa cukup maka kamipun kembali ke bas untuk perjalanan kembali ke Johor. Gerbang imigrasi Singapura lancar, gerbang imigrasi Malaysia lancar meluncurlah bas menuju Johor. Sebelum masuk hotel, tentu saja lagi-lagi cik Rahman mengajak rombongan untuk santap malam disebuah Rumah Makan. Sampai di Tropical Inn, Pak Latipun selaku ketua delegasi mewanti-wanti agar esok tidak terlambat untuk berangkat ke bandara. Di dalam hotel kami berkemas dan packing barang bawaan agar esok lebih cepat bisa berkumpul bersama rombongan.

Jum’at, 20 Januari 2017 pukul 07.00 pagi waktu setempat, sarapan terakhir di hotel sambil menerima pembagian bording pas dari ketua delegasi pak Latipun. Kurang lebih pukul 08 pagi bas sudah siap meluncur ke bandara Johor Baru. Sepanjang jalan menuju bandara cik Rahman dan rombongan saling berpamitan dengan suasana penuh kegembiraan sebagai team yang solid selama empat hari perjalanan. Terimakasih cik, terima kasih pak Din pilot kita yang smart dan sabar. Setelah dibandara tidak lupa kami minta untuk foto bersama. Foto bersama kali ini yang berbeda adalah pak Rahman sang pilot juga diminta bergabung, yang selama empat hari ini beliaunya tidak pernah terlibat dalam persoalan foto memfoto. Beliau hanya dengan sabarnya duduk di cockpit bas melayani rombongan, bahkan kadang menunggu sampai beberapa jam lamanya Tepat pukul 10.10 pesawat take off menuju Juanda Surabaya, “Indonesia ...... We are coming soon”.

 

Batu, akhir Januari 2017

 

                                                        

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas 5 (b. Jawa-Kesenian wayang)

Kelas 3 (KM/TS)

Tip sehat ala kampung